Ad Code

Responsive Advertisement

Sedikit catatan situasi Papua di dalam Cengkraman NKRI






Oleh: Feki Mobalen

Menjelang peristiwa persekusi, diskriminatif yang merendahkan martabat orang Papua. Ini seakan membakar api dalam sekam yang menutupi seluruh jagat raya papua, malam bagaikan siang yang menari menyaksikan kejamnya hidup dan kehidupan diatas tanah ini. 

Disini diatas tanah ini, suka dan duka pun begitu terasa, kebejatan resim negara hanya di selesaikan dengan kata “MAAF”oleh kepala negara indonesia.

Air mata dan luka batin mengenang perlakuan Nkri yang telah terjadi bagi orang PAPUA, sungguh begitu kejamnya pengguasa kolonial negara indonesi. 

Diatas tanah ini tulang belulang terkubur, kejahatan Negara terus menindas dan membunuh anak negri menjadi tumbal korban hanya untuk kepentingan kaum borjuis. 

Diatas tanah ini tulang belulang terkubur, kejahatan dunia terus meningkat pemilik negri menjadi korban hanya untuk kepentingan kaum kolonial indonesia dan Oligarki.

***
Mereka tahu kami benar
Mereka tahu kami bisa
Tapi . . .

Mereka takut Kami besar
mereka takut kami ada
Berjuta sikap kau uguhkan

Berjuta kata
bahkan bermilyar kata kau lemparkan
Demi hancurnya Ideologi Mulia
Ditengah kebingungan Manusia

Ide mereka meyakinkan
Tapi kedepan
menyakitkan

Keberhasilan Semu mereka dapatkan
Kehancuran nyata ada di hadapan
Kami yakin . . .

Kami pasti akan bangkit
Ditengah kerusakan dunia
Atas Pertolongan dari-Nya
Kami akan Kembali berjaya.

***
TNI Menjadi Jawaban Dalam Pendidikan, Ironis!
Sejak 1 Mei 1963, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNTEA menyerahkan Papua kepada Indonesia demi persiapan New York Agreement (Pepera 1969). Tetapi setelah penyerahan tersebut, cepat-cepat Amerika menandatangani kontrak pertama PT Freeport pada tahun 1967, sebelum dilakukannya Pepera 1969, tanpa melibatkan orang Papua sebagai pemilik hal ulayat atas tanahnya sendiri.

Setelah itu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) melakukan penyisiran-penyisiran dan kekerasan-kekerasan terhadap rakyat Papua, sebelum persiapan Pepera 1969. Hingga tahun 1969, Pepera dilakukan dengan banyak sekali pelanggaran yang dibuat oleh ABRI (TNI). Hingga Papua diserahkan secara paksa, masuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam sejarah singkat ini, yang saya mau sampaikan adalah bagaimana kawan-kawan mahasiswa dan masyarakat non-Papua bisa memahami sejarah orang Papua yang sesungguhnya. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, TNI hadir di atas tanah Papua menjadi trauma masa lalu orang Papua yang dilakukan pada Mei 1963, Pepera 1969, bahkan hingga saat ini.

Hampir di seluruh tanah Papua, TNI jadi aktor pembunuhan. Dengan berbagai stigma yang mereka berikan hanya karena orang Papua berambut gimbal maka mestilah ia separatis. Orang Papua yang mengajarkan budaya mereka dikatakan separatis, orang Papua yang melanggar birokrasi pemerintahan Indonesia dituduh makar dan lain sebagainya. Bukan hanya TNI, Polri juga ikut-ikutan melakukan berbagai pelanggaran terhadap kemanusiaa di Papua.

Ketakutan tersebut berdampak pada guru-guru orang Papua yang masih tersisa dan disingkirkan oleh pemerintah Indonesia. Kurangnya jumlah tenaga pengajar di Papua menjadi dalih bagi TNI untuk menjadi guru pengganti bagi orang asli Papua. Semua dibuat sistematis dan orang Papua sendiri akan saling menyalahkan satu sama lain.

***
Eskalasi Konflik tahap demi tahap Naik
Kepastian Warna Buran Rambu2 Pencegaan pun buram Semua terlibat Advokasi namun jalan satu tempat.

Proses mitgasi yg seharusnya dilakukan untuk menekan Resiko di Politisir Sebagai Isu Faksi Tertentu untuk menjasmen faksi_faksi lain.

Masa ada dimana-mana, kita ada di semua isu, tong advokasi semua isu yg sampe di telinga namun belum satupun ada di puncak Pencapaian Kedaulatan.

Klaim diri dan kelompok membuat sekat-sekat di antara sesama dan kelompok jadinya Bicara kemanusiaan dan Ham Namun diskriminasi Yang di Tontonkan.

Edoisme dan Apatis mengiringi... jalan ini
Dan Rasisme menjadi Puncak Ledakan Bagi Kami Kaum Hitam Kulit Keriting Rambut.


****

Posting Komentar

0 Komentar